Kejahatan siber terhadap industri perbankan dan jasa keuangan meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan industri lainnya pada tahun 2013. Penjahat siber makin memanfaatkan teknologi dan koneksi internet sebagai senjata untuk menyerang bank, menurut survei yang dilakukan perusahaan konsultan PricewaterhouseCoopers (PwC).
Sekitar 39 persen perusahaan jasa keuangan yang menderita kejahatan ekonomi pada 2013 mengatakan mereka telah terkena serangan siber, dibandingkan dengan 17 persen di industri lainnya.
Bank-bank di Eropa dan Amerika Serikat diimbau oleh regulator untuk menguatkan pertahanan dan keamanan terhadap serangan siber. Terkadang, menurut PwC, serangan siber tersebut mengganggu bisnis perusahaan bank atau jasa keuangan.
“Cybercrime tumbuh dan metodenya terus berkembang. Kita melihat ada pengurangan dalam serangan terhadap infrastruktur bank,” kata ahli digital forensik PwC, Andrew Clark, seperti dikuti dari Reuters, Selasa (4/3/2014).
Survei kejahatan ekonomi global yang dilakukan PwC ini melibatkan 1.330 perusahaan di 79 negara. Penipuan masih berada di peringkat pertama kejahatan ekonomoi global. Sekitar 45 persen dari perusahaan keuangan menjadi korban penipuan pada tahun 2014.
Penipuan yang dialami perusahaan keuangan sebagian besar berasal dari pihak luar perusahaan (eksternal). Sementara penipuan dari pihak internal lebih sering dilakukan oleh karyawan junior dan manager kelas menengah dengan rentang usia 31 sampai 50 tahun dan pendidikan universitas.
Setelah penipuan, kejahatan lewat jalur internet menempati peringkat kedua dalam hal kejahatan ekonomi global, lalu diikuti oleh pencucian uang, penipuan akuntansi, suap, dan korupsi.
Sumber : http://tekno.kompas.com/read/2014/03/04/1059588/Bank.Makin.Sering.Jadi.Sasaran.Serangan.Siber